Mengukir Asa



Demi pena.

Ketika Allah bersumpah dengan nama pena, itu pertanda bahwa ada hal istimewa yang terdapat dibalik sumpah tersebut. Sama halnya ketika waktu mendapat keistimewaan yang sama, sehingga Allah bersumpah dengan namanya. Biasa? Tentu tidak. Ada hal besar yang ingin diungkapkan dibalik frasa yang mengekor dibalik sumpah itu.

Betapa tidak, saking pentingnya, “waktu” menjadi primadona sehingga turut diabadikan namanya dalam salah satu surah dalam Alquran. Salah satu hal yang akan ditanyakan ketika kita menghadap kepadaNya adalah untuk apa masa mudamu engkau habiskan? Seakan memberikan sebuah kode bahwa karya apa yang sudah kita hasilkan di masa muda kita. Produktifkah? Atau malah menjadi boomerang  yang akan menjerumuskan kita ke dalam golongan orang yang merugi?

Perhatikan bagaimana kedudukan waktu di sisi Allah sehingga dikatakan bahwa hanya orang yang berimanlah yang tidak merasakan kerugian yang nyata akibat dari pemanfaatan waktu yang kurang maksimal. Jika kita pahami kembali, berarti orang yang tidak bisa mamanfaatkan waktu dengan baik, maka tidaklah termasuk dalam golongan orang beriman.

Lalu, misteri apakah yang terkandung dalam kata “Pena” sehingga ia begitu istimewa berada tepat di belakang  kata sumpah bahkan namanya pun turut mengisi daftar nama surah dalam Alquran. Coba kita kembali melirik dari sudut pandang  pandang yang lain mengenai kata pena tersebut. Pernahkah kita membayangkan jika kita secara tidak langsung disindir untuk berkarya dengan medium pena tersebut? Pernahkah kita membayangkan jika melalui pena tersebut, akan mengantarkan kita menjadi manusia yang mulia atau malah sebaliknya menjadi manusia yang hina? Demikianlah Allah memberi kode keras kepada kita untuk  menjadi seorang penulis, menuliskan karya terbaik, memberi manfaat kepada orang banyak.

Jika pun tidak, minimal kita menjadi penulis untuk buku amalan kita sendiri.

Oleh: Muhammad Fajar Suardi
#30DWCjilid10
#Day27
#Squad3 

0 Komentar